TajukNews.Com Mantan menteri pertanian Suswono mengaku tidak akan berkecimpung di dunia politik lagi. Dia akan kembali menjadi dosen seperti sebelum menjabat sebagai menteri pertanian.

Hal itu dikatakan Suswono saat ditanya wartawan mengenai kesibukannnya setelah tidak lagi menjadi menteri, usai melaporkan hartanya di KPK.

"Saya aslinya dosen, saya akan kembali mengajar," kata Suswono di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (30/10/2014).

Namun dia tidak menyebut universitas mana yang akan menjadi tempat mengajarnya. Suswono sebelum jadi menteri pertanian, menjabat sebagai anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PKS.

Nama Suswono pernah ramai dalam pemberitaan kasus suap pengusuran impor daging sapi yang menjerat, Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, dan Maria Elizabeth Liman.

Dia disebut pernah melakukan pertemuan di Hotel Aryaduta dengan mereka untuk membahas penambahan kuota impor daging sapi pada PT Indoguna Utama yang disertai suap.

Namun, Suswono lolos dari jeratan hukum. Sebab, dalam sidang Suswono tidak terbukti memberikan rekomendasi penambahas kuota impor daging tersebut.
TajukNews.Com Ketua Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter, Susanto menyatakan bahwa hingga kini masih banyak hambatan dalam melaksanakan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah. Dalam pandangannya bahwa kompetensi tenaga pendidik terkait pendidikan karakter masih rendah, tidak adanya upaya sekolah mengarah kepada pendidikan karakter.

Apa yang dikatakan oleh Soesanto tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah, jika Kita melihat kasus demi kasus seperti Pemukulan Siswa SD di Padang beberapa waktu lalu lebih kepada tidak hadirnya guru disaat jam belajar, inipun Penulis temukan fakta yang sama sebagaimana terjadi di Sebuah SMK Swasta Islam di Bandung, Seorang Ibu menemui Saya dan mencurhatkan kondisi anaknya yang tiba-tiba berubah yang dulunya santun dan penuh hormat dengan orang tua, kini menjadi anak yang durhaka, membantah dan terbiasa menyebut kata-kata kasar seperti “Anjing” baik kepada teman bahkan kepada saudara-saudaranya, Hasil penyeledikian ternyata Sekolah SMK Swasta Islam di Bandung ini sering tidak ada guru ketika jam belajar.
Bukan pada Skill guru soal kompetensi pendidikan karakter tetapi komitmen guru sebagai pengabdi yang mulai hilang, guru sekarang dan guru dulu berbeda, jika guru dulu selalu memikirkan hasil pada anak kini lebih kepada berapa uang yang didapatkan dari berapa jam mengajar walau tidak semua seperti itu namun sudah menjadi trend di kalangan tenaga pendidik.
Jika Guru menganggap dirinya sebagai Pekerja dan Buruh yang selalu menuntut hak maka jangan pernah berharap bahwa pendidikan karakter akan berkembang, Selain itu kurikulum yang selalu berubah, kalo soal ini sudah sejak Saya SD pada tahun 1987 an sudah sering terjadi pergantian kurikulum, setiap ganti menteri maka ganti juga kurikulumnya, seakan-akan gengsi jika Menteri yang baru meneruskan program dari Menteri yang sebelumnya.
Sekian hari berlalu, Esensi Pendidikan semakin hilang, standar nilai berupa angka dinaikkan, tetapi kualitas proses dilalaikan, ini masalah lainnya.Jadi, Mengapa Pendidikan Karakter tidak berkembang di Indonesia, semakin hari semakin banyak manusia Indonesia bermental penjahat bukan karena tidak banyak sekolah, bukan juga karena tidak ada program tetapi Komitmen pada proses menghasilkan Pelajar yang terbina dan terdidik semakin luntur disebabkan Guru sebagian besar masih menghitung-hitung berapa uang yang didapatkan dari berapa jam dia mengajar. Bisnis Oriented.
ADI SUPRIADI
kabarumat.com
Susi Pudjiastuti saat melayani wartawan sambil merokok di Istana Negara. [foto: kanalsatu.com]
TajukNews.Com Dari 34 menteri yang diumumkan Presiden Joko Widodo, nama Susi Pudjiastuti melejit jauh meninggalkan lainnya. Aksinya yang merokok di Istana Negara dan kisah suksesnya membuat Susi bagai bintang baru yang diburu juru warta. Lalu, bagaimana kita memberi tafsir revolusi mental Jokowi melalui fenomena Susi?

Untuk menjawabnya, saya ingin mengajukan sebuah pertanyaan. Apakah adegan Susi yang dengan asyiknya merokok saat diwawancara wartawan di Istana Negara hanyalah kebetulan? Saya melihatnya bukan aksi yang tak direncanakan. Terlebih ketika ulah Susi menjadi hingar bingar di jagat media sosial dan konvensional serta diikuti dengan munculnya kisah sukses Susi membangun kerajaan bisnisnya.
Bercermin dari fenomena di atas, kuat dugaan saya ini adalah salah satu cara Jokowi memberikan prolog ide revolusi mentalnya. Susi adalah sebuah mukadimah tentang apa sesungguhnya revolusi mental yang dikehendaki Jokowi.
Mayoritas bangsa ini menganggap bahwa kesuksesan itu harus linear atau berbanding lurus dengan akhlaqul karimah dan sopan santun dan moralitas. Namun, dari kasus Susi, ada pesan yang ingin disampaikan pada kita bahwa tak penting penampilan, gaya hidup atau kesopanan. Jauh lebih penting adalah kesuksesan yang ia raih.
Ya, tanpa disadari, saat kita secara massif menyebarkan info tentang lakon Susi yang merokok dan bertato (bahkan katanya bersuami tiga), lalu diikuti kabar kisah suksesnya dia, sejatinya kita sedang masuk dalam prolog yang diinginkan Jokowi soal revolusi mentalnya. Sebuah prolog untuk tafsir baru tentang arti kesuksesan nir moralitas.
Anda boleh setuju atau tidak. Tapi Anda tentu masih ingat dengan personil Slank, ikon revolusi mental Jokowi yang berfoto tanpa busana bulan lalu? Atau pesta dugem yang identik dengan Jokowi? Bukankah itu semua berkelindan dengan fenomena Susi?
Ah, semoga tafsir saya salah. Dan kita berikan waktu agar Kabinet Kerja ini bekerja.

Erwyn Kurniawan
kabarumat.com
TajukNews.Com - Jajan di pinggir jalan sering dipandang sebelah mata. Imej kurang higienis membuat artis cantik Marcella Zalianty pilih-pilih jajanan kaki lima yang hendak disantapnya.

“Sebenarnya aku suka jajanan kaki lima kayak tahu gejrot dan siomay. Tapi ya gak sembarangan juga belinya,” jelas Marcella kepada Okezone di Gedung HighEnd, Kebon Sirih, Jakarta, baru-baru ini.

Meski mengaku sudah cukup akrab dengan jajanan kaki lima sejak masa sekolah, dia tetap berhati-hati memilih. Tentu saja faktor kebersihan jadi syarat utama untuk produser film “Mantan Terindah” ini.

Marcella mengaku sangat khawatir bila air cucian piring yang digunakan terlihat kotor, termasuk perabotan untuk menyajikan makanan, seperti cobek, sendok, dan lain-lain. Lantas, solusi apa yang dilakukan Marcella ketika jajan di pinggir jalan?

“Karena aku paling gak bisa lihat cucian kotor, jadi biasanya aku bawa piring sendiri. Lebih baik aku gak usah lihat tempat cuci piringnya dan pura-pura gak tahu saja,” tutup dia.

(okezone/tajuknews)
TajukNews.Com - Tugu Monumen Nasional (Monas) hari ini dimeriahkan beberapa kesenian dan budaya. Salah satu yang memukau perhatian pengunjung adalah atraksi Lompat Batu Nias.

Triplek yang dibentuk menyerupai batu ciri khas Nias berwarna abu-abu, kurang lebih setinggi dua meter dipersiapkan untuk atraksi Lompat Batu Nias. Di depan bangunan menyerupai Batu Nias ini dipersiapkan batu tumpuan yang digunakan pelompat saat beraksi.

Para pria pelompat batu mengenakan baju tradisional Nias dengan corak hitam dan emas mulai bersiap melakukan peregangan. Kemudian, para pelompat batu ini terlebih dahulu mengambil kuda-kuda dari jarak kurang lebih 10 meter untuk berlari.

Dengan berlari cepat satu per satu para pelombat batu mulai beraksi melompati bangunan menyerupai batu Nias setinggi kurang lebih dua meter tersebut. Para pengunjung dibuat terperangah yang mungkin tidak pernah dilihat secara langsung di Jakarta.

"Keren banget pastinya, karena kita jarang lihat langsung kan di sini, apalagi tadi pelompat juga masih ada yang muda," tutur Bowo, salah satu pengunjung kepada Okezone saat melihat atraksi Lompat Batu Nias dalam Gelar Budaya Rakyat di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (2/11/2014).

Sementara, salah satu pelompat Batu Nias, Septianus Bulolo mengatakan bahwa mereka datang ke Jakarta memang diundang oleh pihak penyelenggara Gelar Budaya Rakyat. Baginya, ini merupakan kesempatan untuk memerkenalkan kembali salah satu kebudayaan Nias di Ibukota.

"Ya, kami semua ini 32 orang langsung datang dari Nias untuk memeriahkan pameran budaya ini. Bagi kami, ini kesempatan untuk menampilkan budaya Nias kepada orang-orang di Jakarta," tutupnya.[okezone/tajuknews]
TajukNews.Com - Fashion 2015 bukan hanya pergelaran untuk memamerkan busana dari desainer. Namun, ajang tersebut sekaligus memerkuat posisi Jakarta sebagai salah satu pusat mode di dunia.

Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta Arief Budiman.
"Kami tidak hanya mendukung JFW, tapi juga ingin mewujudkan Jakarta sebagai kota fashion," katanya di Senayan City, Jakarta, Sabtu, 1 November 2014.
Menurut Arief, target menjadikan Jakarta sebagai salah satu pusat mode dunia bisa dilakukan lebih cepat. Apalagi, Jakarta sendiri memiliki modal kuat untuk mewujudkan rencana tersebut.
Koleksi Dian Pelangi meriahkan JFW (Foto: Okezone)

"Stake holder kita lengkap, desainer canggih, perusahaan garmen juga ada. Belum lagi pusat perbelanjaan sudah ada layer-nya, termasuk yang di Tanah Abang," imbuhnya.
Kendati demikian, Arief tidak memungkiri jika masih ada beberapa hal yang harus dipersiapkan. Termasuk salah satunya merangkul semua asosiasi perancang ataupun pengusaha terkait untuk mewujudkan Jakarta sebagai pusat mode dunia.
Desain busana muslim tidak lagi monoton (Foto: Okezone)
"Sebagai ibu kota negara, Jakarta harus punya branding, paling tidak, bisa berkompetisi di regional. Harus branding. Lalu kita akan mengumpulkan asosiasi. Semuanya bisa kita rangkul kalau ada label pemerintah," tutupnya.
(okezone/tajuknews)
TajukNews.Com - Presiden Joko Widodo punya warung makan favorit di kota asalnya Solo, Jawa Tengah. Bahkan, warung makan langganan pria yang akrab disapa Jokowi ini bukanlah restoran mahal atau hotel berbintang.

Dari sekian banyak warung makan favoritnya ada di kaki lima. Makan di warung pinggir jalan sudah dilakoninya sejak masih sebagai warga biasa.

Bahkan sejak menjabat sebagai orang nomor satu di Kota Solo hingga menjabat sebagai pucuk pimpinan di ibu kota Jakarta, kebiasaan bapak tiga orang anak itu tidak pernah berubah.

Salah satu warung makan favorit orang nomor satu di republik ini adalah Warung Bakmi Pak H. Dul Kampung Baru, Jalan Ronggowarsito 55, Perempatan Kampung Baru Solo.

Warung bakmi yang berusia lebih dari 40 tahun itu memang menjadi buruan warga Solo maupun warga yang berasal dari luar daerah.

Warung bakmi ini juga menjadi makanan kesukaan mantan penguasa Orde Baru, Presiden Soeharto. Bahkan saat pemilik aslinya masih hidup, yakni Pak Dul, Pak Harto sering mengundangnya ke istana untuk mengobati kerinduannya terhadap makanan Jawa. Termasuk memasak dalam porsi besar untuk event kenegaraan 17 Agustus atau saat ada tamu negara.

Warung bakmi sederhana ini letaknya di pinggir jalan, beralaskan seng dan hanya ditutupi kain berwarna kuning. Kursinya pun dari kayu biasa.

Namun jangan heran kenikamatan masakan bakmi ini membuat Jokowi selalu kangen untuk menikmatinya. Menurut Nur, Pemilik Warung Bakmi H. Dul, saat ini warung mi langganan Jokowi itu dikelola generasi ketiga. Pemiliknya aslinya adalah ayahnya yang memiliki nama asli Ramli Hadi Sanjoyo sendiri sudah lama meninggal.

Menurut Nur, setelah tak menjabat sebagai wali kota, saat pulang ke rumahnya, Jokowi selalu menyempatkan diri datang ke rumahnya. Setiap datang ke warung mi langganannya, Jokowi selalu bersama keluarganya.

Meski di warung bakmi miliknya terdapat beraneka ragam menu, Jokowi selalu memesan bakmi godog kesukaannya.

"Pak Jokowi kalau kesini tidak pernah sendiri. Mesti bareng Ibu Ana (Iriana), Ibu Sudjiatmi, serta anak putrinya Kahiyang Ayu. Bapak (Jokowi) itu paling suka bakmi godog. Beliau selalu pesan itu setiap ke sini," jelas Bu Nur sebagaimana dikutip dari Okezone di sela kesibukannya melayani pembeli, belum lama ini.

Selain menikmati bakmi godog, makanan lain yang pasti dicari Jokowi adalah gorengan lidah, ayam goreng tepung, dan kulit goreng.

"Pasti yang dicari lidah dan kulit goreng, minumnya teh panas atau es teh," jelasnya.

Warung bakmi Pak Dul memang terkenal sangat ramai pembeli. Meski saat itu menjabat sebagai wali kota, Jokowi masih mau antre menunggu giliran sambil nyemil gorengan lidah dan menikmati alunan musik dari pengamen jalanan.

Jokowi akan marah bila dirinya didahulukan terlebih dahulu pesanan minya. Padahal, dirinya tiba belakangan dibandingkan pembeli lainnya.

"Bapak itu anteng (diam), tindak mau minta didulukan. Datang keri (belakangan) ya mau antre. Bapak marah kalau dia yang didahulukan, sedangkan yang tiba duluan belum dilayani," ungkapnya.

Terakhir kali makan di sini, kata Nur, bersama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat pencalonan Gubernur DKI. Sehabis itu, saat terpilih dan akhirnya menjadi presiden sudah tidak pernah ke sini lagi. Hanya telefon, pesan minta diantar ke rumah. Atau yang dateng putrinya sendiri untuk membelikannya.

Padahal Jokowi sendiri, ungkap Nur, mengaku rindu bisa duduk-duduk lesehan seperti dulu lagi, namun sekarang berbeda. Bukan karena jabatannya sebagai presiden, tapi Jokowi tak mau pembeli yang lainnya takut untuk mampir membeli mi di tempatnya.

"Kata Bapak (Jokowi), waktu saya antar pesanan ke rumah bilang, 'Lha kalau 50 orang semuannya ikut makan ya tidak apa-apa. Lha yang makan cuma saya thok, ya saya yang pekewuh (tidak enak)'," ujar Nur menirukan ucapan Jokowi.[okezone/tajuknews]
| Copyright © 2014 TajukNews.Com Redaksi · Kontak · Iklan · Disclaimer